Dji Sam Soe adalah satu dari sedikit merek di Indonesia yang mampu terus meraup kesuksesan dalam kurun waktu sangat lama. Selama lebih dari 90 tahun produk ini mampu bertahan dan secara konsisten menjadi produk laris di pasaran. Selama bertahun-tahun produk ini menjadi “King of Kretek” dan menjadi tulang punggung HM Sampoerna, terutama sebelum diakuisisi oleh Philip Morris. Dji Sam Soe juga telah menemani perjalanan perusahaan selama empat generasi.
Kesuksesan sebuah merek rokok memang biasanya terletak pada rasa. Namun, yang lebih penting dari faktor tersebut adalah kemampuannya menjaga konsistensi. Dalam hal rasa dan konsistensi, Dji Sam Soe adalah pemimpin pasar untuk kategori SKT (Sigaret Kretek Tangan). Perlu diketahui bahwa saat perusahaan berdiri, konsumen harus melinting rokok sendiri. Dengan demikian konsep SKT, yaitu rokok yang telah dilinting oleh kalangan profesional, tentu menawarkan kepraktisan.
Kepercayaan konsumen yang tinggi pada merek ini menjadikannya ikon tersendiri bagi perokok kretek. Rokok ini dianggap berada di tingkatan tertinggi dalam kerasnya rasa. Kepadatan tembakau, ditambah tidak digunakannya filter, membuat rokok ini menempati kelas khusus sebagai kreteknya perokok sejati.
Pemilihan nama Dji Sam Soe pun tidak dilakukan sembarangan. Dji Sam Soe diambil dari bahasa Hokkien untuk angka 2, 3, dan 4. Hasil penjumlahan ketiga angka itu adalah “angka keramat” perusahaan (2+3+4=9). Pada kemasan, tertera bahasa Jawa, Arab, dan Belanda, juga gambar bintang yang berjumlah Sembilan. Bahkan jumlah sudut setiap bintang itu pun sembilan.
Untuk mempertahankan citra klasiknya, selama puluhan tahun kemasan Dji Sam Soe tetap mempertahankan versi awal. Dji Sam Soe dianggap sebagai representasi paripurna dari generasi pertama Sampoerna, terutama pendiri perusahaan Liem Seeng Tee.
Dji Sam Soe adalah merek langka di Indonesia yang mampu bertahan, bahkan semakin perkasa dari zaman ke zaman. Merek yang tidak lapuk oleh waktu selama hampir satu abad dan tangguh menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat. Dari zaman ke zaman rokok lokal termahal ini selalu disediakan para pedagang rokok karena memberikan margin yang tinggi. Sebagian dari mereka menyebut Dji Sam Soe sebagai “Sang Penyelamat” karena terbukti di tengah naik turunnya perekonomian, rokok ini tetap menjadi tumpuan dalam menghadapi kemunduran usaha perdagangan mereka. Bahkan pada era 1930-an sampai dengan 1940-an Dji Sam Soe pernah menjadi mata uang di kalangan pedagang karena nilainya dianggap lebih stabil dibandingkan mata uang resmi yang berlaku saat itu.
Pages: 1 2
Leave a Reply