Posted by: retarigan | February 2, 2009

Taktik 4: Menggunakan Teknik “Akrab dengan Otak”


Memahami sedikit, tentang cara kerja otak akan menjadikan proses belajar lebih menarik dan mudah. Anda tidak perlu harus memahami psikologi otak, tetapi penting untuk mengetahui proses yang dilakukannya sewaktu menerjemahkan rangsangan dari luar.

Pada Prinsipnya, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam belajar:

1. Pentingnya konsentrasi dan perhatian pada saat menyerap informasi

2. Peran kumpulan dan pola penyimpanan serta pengambilan kembali informasi

3. Makna pengulangan dan praktik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan baru

Para ahli sepakat bahwa pikiran, ingatan, dan bahkan emosi adalah hasil dari kombinasi kegiatan elektronika dan kimia otak serta sebagian sistem saraf. Setiap sel otak (neuron) berkomunikasi dengan sel otak lainnya. Komunikasi tersebut menghasilkan sinyal yang mengenai dinding-dinding tipis sel saraf.

Pada saat Anda berpikir, mengingat, atau bahkan merasakan emosi tertentu, suatu proses perjalanan sinyal yang sangat kompleks terjadi di antara sel-sel otak. Secara fisik, sinyal ini mengubah otak Anda, dan membuat suatu kaitan antara sel-sel otak yang berbeda. Secara logika, semakin sempurna “kaitan” ini, semakin baiklah Anda. Anda bisa menambah kaitan-kaitan baru sepanjang hidup Anda; karena itu buatlah kaitan-kaitan baru, terus menerus agar menghasilkan kumpulan kaitan yang semakin baik.

Bagian ini akan membahas cara-cara praktis untuk membuat kaitan yang lebih sempurna, dan lebih banyak di saat Anda sedang mendengarkan, membaca, atau menghafal. Strategi sederhana ini, bila diimplementasikan, akan berpengaruh pada kerja otak.

Konsentrasi/Perhatian

Setiap tahun, terdapat puluhan artikel baru tentang cara-cara (yang kadang-kadang sulit dilaksanakan) meningkatkan kemampuan mendengarkan, membaca, dan belajar. Pada intinya, mereka menyarankan agar Anda lebih memperhatikan – konsentrasi, fokus pada – pokok pembahasan, dan menghindarkan segala hal yang dapat mengganggu/menghambat.

Saran-saran ini tidak hanya disampaikan kepada para pelajar tetapi juga kepada para pengusaha. Mereka disarankan supaya “memperhatikan hal-hal yang menjadi perhatiannya,” sebuah keterampilan yang belum tentu dikuasai oleh setiap orang. Meditasi, adalah contoh bentuk perhatian pada hal-hal yang menjadi perhatian Anda, dan setiap orang yang pernah melakukannya bisa menceritakan kesulitan yang dihadapi pada saat melaksanakannya. Dan sebenarnya, yang lebih sulit lagi adalah mengidentifikasi apakah Anda sedang konsentrasi atau tidak.

Seandainya saya bisa konsentrasi!

Konsentrasi adalah inti keberhasilan mendengarkan, membaca, dan belajar. Bila Anda mengatakan bahwa Anda tidak mendengar, berarti Anda juga mengatakan Anda tidak sedang konsentrasi pada hal-hal yang dibicarakannya. Pada saat Anda mengatakan bahwa Anda tidak memahami hal-hal yang sedang Anda baca, berarti Anda sedang tidak konsentrasi.

Konsentrasi sulit dikuasai karena biasanya konsentrasi dihasilkan sebagai produk sampingan dari mengerjakan sesuatu yang menarik. Apabila Anda sedang melakukan sesuatu yang menyenangkan, berkonsentrasi bukan merupakan hal yang sulit. Tetapi, konsentrasi akan sulit dilakukan, bila topik/subjeknya tidak menarik bagi Anda. Buku baru, informasi baru, bahan kuliah baru, nama kenalan baru, semuanya, berlomba menarik perhatian Anda.

Untuk melihat bagaimana sulitnya mengendalikan pikiran Anda, cobalah eksperimen ini:

Tutuplah mata dan cobalah tidak memikirkan apapun dalam waktu satu menit saja. Bagaimana? Pikiran Anda tetap mencari sesuatu (stimulasi/rangsangan), dan bila di luar (diri kita) tidak terjadi apa-apa (tidak ada rangsangan – misalnya suara atau gigitan nyamuk), maka pikiran tersebut akan beralih memikirkan hal-hal yang telah tersimpan dalam otak. Berbagai pikiran, ingatan, dan keinginan-keinginan justru berlomba-lomba berkelebat dalam benak Anda, tanpa diminta, mengganggu kegiatan mendengarkan, membaca, atau menyaring informasi.

Di sini, kita akan mencoba melakukan konsentrasi dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Pendekatan ini dilandasi oleh pendapat William James, seorang filosof sekaligus pendidik, yang mengatakan:

“Umumnya, yang kita lakukan adalah membuat diri kita merasa, bukan mewujudkan rasa dalam perbuatan.”

Maksudnya, pada umumnya, perasaan (merasa – diacuhkan, diperhatikan, depresi, senang, konsentrasi) itu timbul karena suatu perbuatan, bukan sebaliknya. Misalnya, bukannya “Saya bodoh di kelas karena saya bosan,” tetapi “Saya bosan karena saya bodoh!” (merasa – bosan ditimbulkan oleh bodoh – bodoh adalah perbuatan). Bukannya “Saya mencatat sembarangan karena saya membenci sejarah,” tetapi “Saya membenci sejarah karena saya mencatatnya sembarangan!” (merasa – benci ditimbulkan oleh – mencatat sembarangan). Bukannya “Saya tidak menyelesaikan laporan karena saya stress,” tetapi “Saya stress karena laporan saya belum selesai!” (merasa – stress ditimbulkan oleh – belum selesai).

Berdasarkan pada pendapat tersebut, marilah kita menimbulkan “rasa” konsentrasi dengan bantuan kegiatan yang dilaksanakan. Kelihatannya ini, cara konsentrasi seperti ini, memang bukan ide yang istimewa tetapi paling tidak, memberikan alternative cara untuk mengatasi masalah konsentrasi. Daripada hanya memikirkan tentang sulitnya melakukan kegiatan konsentrasi, lebih baik melakukan suatu kegiatan yang bisa membantu/membuat Anda “merasa” berkonsentrasi. Berbuatlah sesuatu, siapkan diri, jadikan diri Anda tertarik, dan berpartisipasilah di kelas maka kemampuan berkonsentrasi pasti akan meningkat. Bila ingin berkonsentrasi jangan menunggu mood; jangan menunggu topik yang “mendatangi” Anda. Mulailah, lakukanlah sesuatu – semangat pun mungkin akan tumbuh sebagai hasil dari kegiatan Anda.

Belum bisa mulai menulis? Ajaklah diri Anda menulis hal-hal yang berkaitan dengan topik yang akan ditulis selama lima menit. Tidak tertarik pada suatu bab pada bacaan Anda? Surveilah secara cepat buku tersebut, perhatikan baik-baik ilustrasinya, gambar-gambarnya, tabelnya, bagan-bagannya. Khawatir tidak ingat nama kenalan baru? Ulangilah mengucapkan nama tersebut setelah Anda mendengarnya pertama kali. Tertariklah (berbuatlah tertarik), dan hal ini, sering kali akan menjadikan Anda benar-benar memiliki rasa tertarik.

Kumpulan dan Pola

Terdapat mitos yang mengatakan bahwa kapasitas otak terbatas dan suatu ketika nanti akan “penuh”. Tetapi otak bukanlah seperti sebuah kardus atau laci; yang benar, semakin banyak otak Anda digunakan, semakin banyak Anda belajar, berarti semakin banyak kaitan yang Anda buat di otak. Semakin banyak kaitan yang Anda buat, berarti semakin banyak pula kaitan-kaitan lain yang bisa Anda buat, dengan demikian semakin mudah pula untuk menemukan dan menggunakan informasi yang telah tersimpan. Otak bukanlah seperti sebuah kardus; Anda bisa menambahkan sesuatu pada jejaring ingatan, kapan saja, sepanjang hidup Anda, menambah satu yang baru berarti menambah kaitan pada jejaring yang sudah terbentuk sebelumnya.

Mengumpulkan dan mengkaitkan merupakan bagian yang kritis dari proses belajar. Mengkaitkan informasi baru pada sesuatu yang telah Anda ketahui sebelumnya merupakan bagian penting dari keberhasilan belajar. Oleh karenanya, mempelajari lebih mendalam satu pengetahuan yang telah Anda ketahui, lebih mudah dilaksanakan daripada memulai sesuatu yang baru sama sekali. Semakin banyak mendengarkan, membaca, atau menghafal, dan semakin banyak Anda mengkaitkan informasi-informasi baru pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya, semakin mudah pula Anda menyimpannya dan mengambilnya kembali pada saat diperlukan.

Pengulangan dan Praktik

Praktik tidak selalu menjadikan sesuatu sempurna tetapi hampir selalu menjadikannya lebih baik. Otak Anda harus memutuskan mana yang harus diingat dan mana yang harus dilupakan. Setiap harinya banyak sekali rangsangan-rangsangan yang memaksa otak untuk menghafal/mengingat sesuatu. Salah satu factor yang berpengaruh pada hal-hal yang diingat adalah besarnya dan intensitas perhatian Anda pada hal tersebut.

Satu humor yang hanya Anda dengar satu kali dan tidak dipikirkan lagi akan cepat dilupakan; tetapi satu humor yang Anda ulang-ulang dalam pikiran dan diceritakan kembali beberapa kali akan Anda ingat terus. Sebuah nama yang hanya Anda dengar satu atau dua kali sering kali cepat terlupakan; sebuah nama yang beberapa kali disebut dalam pembicaraan dan juga ditulis akan diingat terus. Sebuah kata yang Anda lihat hari ini dan tidak terlalu diperhatikan, mungkin baru akan Anda jumpai lagi sebulan kemudian tetapi sebuah kata yang Anda temukan dan Anda pergunakan terus menerus akan menempel pada ingatan Anda. Ini semua sebenarnya sama dengan praktik.

Successful Lifelong Learning – Robert Steinbach, PPM Publisher


Leave a comment

Categories