Posted by: retarigan | August 29, 2017

Nozomi Okuhara: Semangat Juang Sampai Poin Terakhir


Nozomi Okuhara: Semangat Juang Sampai Poin Terakhir

Author: Riswan E. Tarigan

Nozomi Okuhara 01

Bagi pencinta badminton (bulutangkis) dunia, pasti familiar dengan nama Nozomi Okuhara. Pemain mungil dan ‘cute‘ ini, dengan hanya tinggi badan 156 cm (5.1″) mampu mengobrak-abrik pertahanan pemain tunggal putri dunia lain, seperti Carolina Marin (Spanyol), Saina Nehwal (India), dan Pusarla V. Sindhu (India), hingga mampu menjadi kampium di Kejuaraan Dunia Bulutangkis tahun 2017 di Skotlandia.

Bagi bangsa Jepang, inilah pertama kalinya seorang pemain tunggal putri dari negera tersebut meraih Juara Dunia. Bagi Nozomi, dia membuktikan pada dirinya sendiri dan bagi pencinta bulutangkis, bahwa ketidakidealan fisik sebagai pemain bulutangkis mampu dipatahkan. Hal ini sekaligus mampu menginspirasi semua pemain putri untuk terus berusaha sampai poin terakhir.

Tidak ada kata berhenti bagi Nozomi. Kemana pun shuttlecock ‘berlari’, dia terus mengejar tanpa lelah. Dia juga konsisten dengan permainannya, ‘tidak peduli’ bagaimana permainan lawannya. Tidak ada wajah khawatir, walaupun di poin-poin kritis. Dia terus berusaha dan bergerak lincah sampai akhir permainan.

Nozomi Okuhara 02

Dari sisi ‘courtesy‘, Nozomi juga termasuk salah satu atlet yang paling sopan di dalam maupun luar lapangan. Dia selalu menundukkan sedikit badannya hampir ke sekeliling area penonton, saat pertama kali permainan dimulai. Ketika, masa rehat sekalipun, baik di poin ke 11 atau diakhir game, dia selalu sedikit menundukkan badan untuk menghormati penonton dan dirinya sendiri.

Nozomi adalah ‘role model‘ bagi pemain bulutangkis, bila ingin menggapai puncak prestasi sebagai atlet bulutangkis dunia. Seharusnya juga, pemain puteri Indonesia, perlu berkaca dari seorang Nozomi. Walaupun tidak mungkin melakukan kloning seperti seorang Nozomi. Namun, semangat juang, kelincahan, kesopansantunannya, mestinya dapat diikuti pemain putri lainnya.

Dengan usia yang masih 22 tahun (lahir di Nagano, Jepang tanggal 13 Maret 1995), dan mampu menjadi juara dunia, merupakan prestasi luar biasa bagi seorang pemain bulutangkis Jepang. Etos bangsa Jepang yang mendidik Nozomi, juga perlu diacu oleh bangsa lain, khususnya Indonesia. Pantang menyerah, tidak menyalahkan pihak lain, bertanggung jawab pada diri sendiri, merupakan nilai-nilai yang wajib dijunjung tinggi.

Nozomi Okuhara 03

Nozomi Okuhara, saat ini berada di peringkat 12 dunia (http://bwfworldsuperseries.com/player/96713/nozomi-okuhara) menunjukkan perjuangan tanpa lelah saat melakoni partai final melawan Pusarla V. Sindhu dengan skor 21-19, 20-22, dan 22-20 di Emirates Arena, Glasgow, Skotlandia, di hari Minggu tanggal 27 Agustus 2017.

Permainan yang luar biasa! Secara pribadi saya mengakui, pertandingan tersebut sangat enak untuk ditonton. Bagaimana kedua pemain, saling bertukar taktik untuk mampu mengalahkan lawan. Pada akhirnya, Nozomi, dengan semangat juang bangsa Jepang-nya, ia berhasil menjadi kampium dan menjadi tunggal putri pertama dari Jepang yang mampu menjadi juara dunia bulutangkis.

Kembali ke pertanyaan klasik, kapan putri Indonesia mampu kembali ke singgasana tersebut setelah era Susi Susanti sekian puluh tahun yang lalu? Masih adakah semangat juang untuk menjadi seorang pribadi yang unggul sekaligus menjadi ‘role model’ bagi generasi selanjutnya?

Nozomi Okuhara 04

Biarlah waktu yang akan menjawabnya. Yang pasti, pada suatu hari nanti, akan ada tunggal putri Indonesia yang mampu menjadi juara dunia. Yang perlu kita lakukan, harus sabar menunggu dan biarkan proses waktu berjalan. Karena, bila kita berharap dalam waktu dekat, mungkin terlalu naif dengan kondisi pemain putri saat ini.

Optimisme tetap ada dan memang harus terus membara. Seperti perjuangan para ‘founding father‘ ketika memperjuangkan bangsa ini. Seperti itulah harusnya semangat yang kita miliki untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang telah berusia 72 tahun di Agustus 2017. Bila belum memungkinkan dalam 3 tahun ke depan, kita masih berharap setidaknya dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang. Andai pun belum, masih ada waktu 25 tahun ke depan.

Yang pasti, saatnya pasti tiba!

Kuncinya, terus berusaha dan berusaha. Belajar dari orang lain perlu. Namun, yang terpenting, belajar dari diri sendiri.

Tangerang Selatan, 29 Agustus 2017

–o0o–

Nozomi Okuhara 05


Leave a comment

Categories